Minggu, 24 Mei 2009

pendekatan dalam pembelajaran

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahlkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelim pengajaran dimulai.

Ketika interaksi edukatif itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat serta mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya. Semua kendala yang menjadi kendala penghambat jalannya proses interaksi edukatif, baik yang berasal dari prilaku anak didikmaupun yang bersumber dari luar diri anak didik harus dihilangkan dan bukan dibiarkannya. Karena keberhasilan interaksi edukatif lebih banyak ditentukan oleh guru dalam mengelola kelas.

Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah, bagaimana bahan pelajaran yang diajarkan guru dapat dikuasai oleh anak didik secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulityang dirasakan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu yang berbeda, tetapi mereka juga sebagai makhluk sosial dengan latar belakang yang berlainan.

Pendekatan pembelajaran digambarkan sebagai kerangka umum tentang skenario yang digunakan guru untuk membelajarkan siswa dalam rangka mencapai suatu tujuan pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa Pengertian Pendekatan Dalam Pembelajaran?

1.2.2 Jenis-jenis Pendekatan Dalam Pembelajaran?

1.3 Tujuan Masalah

1.3.1 Mahasisiwa PGMI dapat memahami dan mempraktekkan Pendekatan Dalam Pembelajaran dalam memecahkan berbagai masalah dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sehari-hari.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendekatan Dalam Pembelajaran

Pengertian pendekatan sendiri dikatakan oleh Ujang Sukandi (2003:39) adalah cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian, laksana pakai kacamata merah semua tampak kemerah-merahan.

Pengertian pendekatan pembelajaran secara tegas belum ada kesepakatan dari para ahli pendidikan. Namun beberapa ahli mencoba menjelaskan tentang pendekatan pembelajaran (instructional approach), misalnya ditulis oleh Gladene Robertson dan Hellmut Lang (1984: 5). Menurutnya pendekatan pembelajaran dapat dimaknai menjadi 2 pengertian, yaitu pendekatan pembelajaran sebagai dokumen tetap dan pendekatan pembelajaran sebagai bahan kajian yang terus berkembang. Pendekatan pembelajaran sebagai dokumen tetap dimaknai sebagai suatu kerangka umum dalam praktek profesional guru, yaitu serangkaian dokumen yang dikembangkan untuk mendukung pencapaian kurikulum. Hal tersebut berguna untuk: (1) mendukung kelancaran guru dalam proses pembelajaran; (2) membantu para guru menjabarkan kurikulum dalam praktik pembelajaran di kelas; (3) sebagai panduan bagi guru dalam menghadapi perubahan kurikulum.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu, Wina Sanjaya (2006 : 127).

Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi antara guru dan peserta didik. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik dengan peranan yang arif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara guru dengan anak didik. Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan seenaknya sendiri yang bisa merugikan anak didik.

Suherman (1993: 220) mengemukakan pendekatan dalam pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran dilihat dari sudut bagaimana proses pembelajaran atau materi pembelajaran itu, umum atau khusus. Suherman (1993: 221) menyatakan pula bahwa pendekatan pembelajaran merupakan suatu konsep atau prosedur yang digunakan dalam membahas suatu bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Ada beberapa pendekatan yang akan di bahas dalam makalah ini dengan harapan dapat membantu guru dalam memecahkan berbagai masalah dalam kegiatan belajar mengajar (Syaiful, 2000: 5-9).

2.2 Jenis-jenis Pendekatan dalam Pembelajaran

2.2.1 Pendekatan Individual

Di kelas ada kelompok anak didik dengan prilaku yang bermacam-macam. Dari cara mengemukakan pendapat, daya serap, tingkat kecerdasan, dan sebagainya selalu ada variasinya. Perbedaan individual anak didik tersebut memberikan wawasan kepada guru, bahwa strategi pengajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual. Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual dalam strategi pembelajarannya. Bila tidak maka strategi belajar tuntas yang menuntut penguasaan penuh kepada anak didik tidak akan pernah menjadi kenyataan.

Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran.pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual, persoalan kesilitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan.

Kegiatan belajar akan berakibat perbaikan individual ketika peserta belajar sebagai peserta aktif dalam proses pendidikan dan pelatihan. Dalam prakteknya kini dikenal sebagai students centered learning. Pihak khalayak belajar berperan aktif sementara instruktur lebih menjadi fasilitator.

2.2.2 Pendekatan Kelompok

Dalam kegiatan belajar mengajar kadang-kadang ada juga guru yang menggunakan pendekakatan lain, yaitu pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok memang suatu waktu diperlukan dan perlu digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini disadari atau tidak bahwa anak didik adalah sejenis homo socius, yakni makhluk yang berkecendrungan untuk hidup bersama.

Dengan pendekatan kelompok diharapkan dapat dikembangkan rasa social yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egoisme dalam diri masing-masing peserta didik, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas, peserta didik akan sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan, tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri tampa keterlibatan makhluk yang lain, langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil bagian dalam kehidupan makhluk hidup.

Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelmpok, maka anak didik akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dak kelabhan. Yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu yang mempunyai kekurangan. Begitu juga sebaliknya, yang mempunyai kekurangan denga rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai kelebiahan.

Dalam pengelolaan kelas, terutama yang berhubungan dengan penempatan anak didik, pendekatan kelompok saangat diperlukan. Perbedaan individual anak didik pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis dijadikan sebagai pijakan dalam melakukan pendekatan kelompok.

2.2.3 Pendekatan Bervariasi

Ketika guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang bermasalah, maka guru akan berhadapan dengan permasalahan anak didik yang bervariasi. Dalam belajar, anak didik mempunyai motivasi yang berbeda. Pada satu posisi anak didik memiliki motivasi yang rendah, tetapi pada saat lain anak didik mempunyai motivasi yang tinggi. Anak didik yang satu bergairah belajar dan anak didik yang lain kurang bergairah belajar.

Dalam mengajar, guru yang hanya menggunakan satu metode biasanya sukar menciptakan suasana kelas yang kondusif. Bila terjadi perubahan, suasana kelas sulit di normalkan kembali. Akibatnya jalannya pelajaran kurang efektif. Efisiensi dan efektifitas pencapaian tujuan pun jadi terganggu, disebabkan anak didik kurang berkonsentrasi. Karena itu, dalam mengajar kebanyakan guru menggunakan beberapa metode dan jarang sekali memakai satu metode.

Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik biasanya bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula. Misalnya, anak didik yang tidak disiplin dan anak didik yang suka bicara, akan berbeda pemecahannya. Demikian juga halnya dengan anak didik yang membuat keributan. Guru tidak bisa menggunakan teknik pemecahan yang sama untuk memecahkan permasalahan yang berbeda. Pendekatan dalam teknik pemecahan kasusu itulah dalam kasusu ini didekati dengan “pendekatan bervariasi”. Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasusu yang biasanya muncul dalam pengajaran berbagai motif, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan untuk setiap kasus.

2.2.4 Pendekatan Edukatif

Apa pun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik. Anak didik yang melakukan kesalahan, yakni seperti membuat keributan di dalam kelas ketika guru sedang memberikan pelajaran, anak didik tidak tepat diberikan sanksi hukuman dengan cara memukul badannya hingga luka atau cedera, ini adalah tindakan sanksi hukum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah menggunakan pendekatan yang salah, guru telah menggunakan teori pewer, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila menggunakan kekuasaan, karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan, sikap dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan.

Selain sebagai pendekatan yang disebutkan didepan, ada lagi pendekatan-pendekatan lain. Berdasarkan kurikulum atau garis besar program pengajaran (GBPP) pendidikan agama islam, yaitu pendekatan pengalaman, pendekatan pembiasaan, pendekatan emosional, dan pendekatan rasional (Syaiful dan Aswan, 1996: 70-76). Keempat macam pendekatan ini di ajukan, karena pendidikan agama islam disekolah umum dilaksanakan melalui kegiatan intra dan ekstra kurikuler yang satu sama lainnya saling menunjang dan saling melengkapi, kelima pendekatan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

2.2.5 Pendekatan Pengalaman

Experience is the best teacher, pengalaman adalah guru yang baik. Pengalaman adalah guru bisu yang tidak pernah marah, pengalaman adalah guru tanpa jiwa, namun selalu dicari oleh siapa pun juga. Belajar dari pengalaman selalu dicari daripada sekedar bicara, dan tidak pernah berbuat sama sekali, belajar adalah kenyataan yang ditunjukkan dengan kegiatan fisik, karena itu ciri-ciri pengalaman yang edukatif adalah berpusat pada suatu tujuan yang berarti bagi anak, kontinu dengan kehidupan anak, interaktif dengan lingkungan, dan menambah integrasi anak. Demikianlah pendapat Witherington (1986 : 57).

Betapa tingginya nilai suatu pengalaman, maka disadari akan pentingya pengalaman itu bagi perkembangan jiwa anak. Sehingga dijadikanlah pengalaman itu sebagai suatu pendekatan, maka jadilah “pendekatan pengalaman” sebagai frase yang baku dan diakui pemakaiannya dalam pendidikan.

2.2.6 Pendekatan Pembiasaan

Pembiasaan adalah alat pendidikan. Bagi anak yang masih kecil, pembiasaan ini sangat penting. Karena dengan pembiasaan itulah yang akhirnya suatu aktivitas akan menjadi milik anak dikemudian hari, pembiasaan yang baik akan membentuk sosok manusia berkepribadian yang baik pula. egitu juga sebaliknya, pembiasaan yang buruk akan membentuk sosok yang berkepribadian yang buruk pula.

Anak kecil tidak seperti orang dewasa yang dapat berpekir abstrak, anak kecil hanya dapat berpikir konkrit. Kata-kata seperti kebijaksanaan, keadilan, dan perumpamaan, adalah contoh kata benda yang abstrak yang sukar dipikirkan oleh anak. Anak kecil belum kuat ingatanya, ia lekas melupakan apa yang sudah ada dan baru terjadi, perhatianya mereka lekas dan mudah beralih pada hal-hal baru lain yang disukainya (Ngalim Purwanto, 1991 : 224).

Anak kecil memang belum mempunyai kewajiban, tetapi dia mempunyai hak, seperti hak dipelihara, hak dilindungi, hak diberi makanan yang bergizi, dan hak mendapatkan pendidikan, salah satu cara memberikan haknya dibidang pendidikan adalah dengan cara memberikan kebiasaan yang baik dalam kehidupan mereka. Berdasarkan pembiasaan itulah anak terbiasa menurut dan taat kepada peraturan-peraturan yang berlaku di masyarakat.

2.2.7 Pendekatan Emosional

Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada di dalam diri seseorang. Emosi berhubungan dengan masalah perasaan. Seseorang yang mempunyai perasaan pasti dapat merasakan sesuatu, baik perasaan jasmaniah maupun perasaan rohaniah. Perasaan rohaniah didalamnya ada perasaan yang intelektual, perasaan sosial, dan perasaan harga diri. Menurut Chalijah Hasan (1994; 39) merasa adalah aktualitasasi kerja dari hati sebagai materi dalam struktur tubuh manusia dan merasa sebagai aktifitas kejiwaan ini adalah suatu pernyataan jiwa yang bersifat subjektif.

Prasaan, menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991, 36), sebagai fungsi jiwa untuk dapat mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut “rasa senang dan tidak senang”, kuat dan lemah, lama dan sebentar, relative, dan berdiri sendiri sebagai pernyataan jiwa. Ditambahkan lagi oleh merekabahwa nilai perasaan bagi manusia pada umumnya adalah dapat menyesuaikan diri dengan keadaan alam sekitar, seseorang dapat ikut serta mengalami (perasaan relegius), menimbulkan rasa senasib dan sekewajiban sebagai manusia.

Emosi atau perasaan adalah sesuatu yang peka. Emosi akan memberi tanggapan (repons ) bila ada rangsangan (stimulus) dari luar diri seseorang baik rangsangan verbal maupun nonverbal, mempengaruhi kadar emosi seseorang, rangsangan verbal itu misalnya ceramah, cerita , sendirian, pujian, ejekan, berita, dialog, anjuran, perintah, dan sebagainya. Sedangkan ransangan nonverbal dalam bentuk perilaku berupa sikap dan perbuatan.

2.2.8 Pendekatan Rasional

Manusia adalah makhluk yang diciptkan oleh sang maha pencipta, yaitu Allah SWT. Manusia adalah makhluk yang sempurna diciptakan. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya yang diciptakan tuhan. Perbedaannya terletak pada akal. Jadi hanya manusialah yang dapat berfikir.

Dengan kekuatan akalnya manusia dapat membedakan yang baik dan yang buruk, mana kebenaran dan mana kedustaan dari suatu ajaran atau perbuatan. Dengan akal pula dapat membuktikan dan membenarkan adanyaTuhan yang maha kuasa, maha pencipta atas segala seuatu di dunia ini. Walaupun disadari keterbatasan akal untuk memikirkan dan memecahkan sesuatu, teapi diyakini pula bahwa dengan akal dapat dicapai ketinggian ilmu pengetahuan dan penghasilan teknologi modern.

Akal atau rasio memang mepunyai potensi untuk menaklukkan dunia. Tetapi jangan sampai mempertaruhkan akal. Karena hal itu akan menggelincirkan keimanan terhadap ajaran agama. Sebaliknya, akal dijadikan alat untuk membuktikan kebenaran ajaran-ajaran agama. Dengan begitu, keyakinan terhadap agama yang dianut bertambah kokoh.

Di sekolah anak didik dididik dengan berbagai ilmu pengetahuan. Perkembangan berpikir anak dibimbing kearah yang lebih baik, sesuai dengan tingkat usia anak. Perkembangan berpikir anak mulai dari yang abstrak sampai yang kongkret. Maka pembuktian suatu kebenaran, dalil, prinsip, atau hukum menghendaki dari hal-hal yang sederhana sampai hal-hal yang paling kompleks. Pembuktian tentang sesuatu yang berhubungan dengan masalah keagamaan harus sesuai dengan tingkat berpikir anak. Usaha yang terpenting bagi guru adalah bagaimana memberikan peranan kepada akal (rasio) dalam memahami dan menerima kebenaran ajaran agama, termasuk mencoba memahami hikmah dan fungsi ajaran agama.

Karena keampuhan akal (rasio) itulah akhirnya dijadikan pendekatan yang disebut pendekatan rasional guna kepentingan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Untuk mendukung pemakaian pendekatan ini, maka metode mengajar yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, latihan, dan pemberian tugas.

2.3 Analisis

Pendekatan yang dipilih guru dalam memberikan suatu materi pelajaran sangat menentukan terhadap keberhasilan proses pembelajaran, pendekatan pembelajaran juga dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajara. Tidak pernah ada satu pendekatan yang cocok untuk semua materi pelajaran, dan pada umumnya untuk merealisasikan satu pendekatan dalam mencapai tujuan digunakan multi metode. Metode dibedakan dari pendekatan ; metode lebih menekankan pada pelaksanaan kegiatan, sedangkan pendekatan ditekankan pada perencanaannya. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran tersebut dapat dipilih dari beberapa pendekatan yang sesuai, pendekatan ini berorientasi pada tujuan akhir yang akan dicapai. Sebenarnya pendekatan ini tercakup juga ketika seorang guru merencanakan pendekatan lainnya, karena suatu pendekatan itu dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Semua pendekatan dirancang untuk keberhasilan suatu tujuan. Akhirnya perlu diikhtisarkan bahwa ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran seperti pendekatan individual, pendekatan kelompok, pendekatan bervariasi, pendekatan edukatif, pendekatan pengalaman, pendekatan pembiasaan, pendekatan emosional, dan pendekatan rasional.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembelajaran nampaknya akan lebih efektif, bila dirancang secara sistematik, pendekatan pembelajaran juga dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu karena dalam semua materi kegiatan belajar mengajar tidak bisa hanya memakai satu metode atau satu pendekatan saja, meskipun bisa juga tidak akan mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin sebagaimana yang direncanakan pada awal pembelajaran.

Sebenarnya pendekatan ini tercakup juga ketika seorang guru merencanakan pendekatan lainnya, karena suatu pendekatan itu dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Semua pendekatan dirancang untuk keberhasilan suatu tujuan. Akhirnya perlu diikhtisarkan bahwa ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran seperti pendekatan individual, pendekatan kelompok, pendekatan bervariasi, pendekatan edukatif, pendekatan pengalaman, pendekatan pembiasaan, pendekatan emosional, dan pendekatan rasional.

3.2 Saran

Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat makalah ini tetapi penulis menyadari dengan kekurangan dan kelemahan penulis, maka makala ini juga masih terdapat kekurangan dan kesalahan di dalamnya baik dalam pembahasan makalah maupun dalam penulisannya. Maka dari itu penulis mengharapkan saran dan partisipasinya dari pembina dan sahabat-sahabat semua demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, Pendekatan kontekstual, Depdiknas, Jakarta, 2006.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran: Berorentasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Perdana Media Group.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain Aswan, 1996. Strategi Belajar Mengajar Jakarta: Rineka Cipta.

Purwanto Ngalim, 1991. Ilmu Peendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung : Remaja Rosdakarya, Cet V.

Ahmadi Abu dan Supriyono Widodo, 1991. Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta Cet, I.

Witherington, W.C. Teknik-teknik Belajar dan Mengajar. Bandung. Jemmars, edisi III.

Hasan Chalijah, 1994. Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan, Surabaya Al-Ikhlas, Cet I.

Jumat, 08 Mei 2009

Persatuan akan menimbulkan kekuatan dan kekuatan akan menimbulkan sebuah kesuksesan, seperti ketika kalian menghadapi masalah maka harus bersama-sama untuk menyelesaikannya, dan jangan sekali kalian berpisah atau menghadapinya hanya dengan seorang diri karena itu akan lebih menyulitkan pada diri kalian sendiri. Apabila kita bersama-sama dalam menghadapi problem kemungkinan besar akan cepat terselesaikan beda halnya dengan orang yang hanya hidup dalam kesendiriannya, dalam artian bila terdapat suatu golongan yang kokoh hubungannya maka golangan tersebut akan sulit dikalahkan meskipun yang dihadapi adalah orang yang kuat, dan apabila suatu golongan tersebut terpecah belah maka golangan tersebut akan mudah dikalahkan oleh orang yang lemah, yang seperti ini juga terjadi pada masa nabi, dalam suatu peperangan dimana pada waktu itu orang islam mengalami kekalahan Karena para sahabat hanya mementingkan dirinya sendiri untuk mengambil harta rampasan tampa memikirkan keselamatan sahabat-sahabat yang lain setelah para sahabat tadi menganggap bahwa musuhnya telah kalah. Maka dari itulah pentinya saling bersilaturrahim dan menjaga kebersamaan antara teman, sahabat, dan keluaraga agar kita bisa menghadapi suatu problem bersama-sama.

Minggu, 03 Mei 2009

sang penyambung


Sebagai seorang muslim kita harus saling bersilaturrahim sebagaimana yang telah dianjurkan oleh rasulullah SAW yang menjadi panutan kita baik di dunia dan semoga di akhirat juga, maka dari itu mari kita tetap bersilaturrahim karena itu sangat penting bagi kita. Apalagi pada masa seperti ini kita dipermaikan oleh para politik-politik busuk yang hanya memainkan kita karena kepentingan dunia saja. maka dari itu janganlah sekali-kali melupakan teman, sahabat lebih-lebih keluarga hanya karena kepentingan duniawi saja, kita masih belum bisa mengetahui secara pasti apakah kita atau mereka diantara kita semua yang paling baik di hadapan tuhan kita, karena Allah membedakan yang satu dengan yang lainnya buakan denga pangkat yang ada di dunia ini melainkan Allah membedakan kita dengan yang lainnya hanya dengan ketakwaan kita, yang salah satunya juga dengan menyambung silaturrahim.
Persatuan akan menimbulkan kekuatan dan kekuatan akan menimbulkan sebuah kesuksesan, seperti ketika kalian menghadapi masalah maka harus bersama-sama untuk menyelesaikannya, dan jangan sekali kalian berpisah atau menghadapinya hanya dengan seorang diri karena itu akan lebih menyulitkan pada diri kalian sendiri. Apabila kita bersama-sama dalam menghadapi problem kemungkinan besar akan cepat terselesaikan beda halnya dengan orang yang hanya hidup dalam kesendiriannya, dalam artian bila terdapat suatu golongan yang kokoh hubungannya maka golangan tersebut akan sulit dikalahkan meskipun yang dihadapi adalah orang yang kuat, dan apabila suatu golongan tersebut terpecah belah maka golangan tersebut akan mudah dikalahkan oleh orang yang lemah, yang seperti ini juga terjadi pada masa nabi, dalam suatu peperangan dimana pada waktu itu orang islam mengalami kekalahan Karena para sahabat hanya mementingkan dirinya sendiri untuk mengambil harta rampasan tampa memikirkan keselamatan sahabat-sahabat yang lain setelah para sahabat tadi menganggap bahwa musuhnya telah kalah. Maka dari itulah pentinya saling bersilaturrahim dan menjaga kebersamaan antara teman, sahabat, dan keluaraga agar kita bisa menghadapi suatu problem bersama-sama.